top of page
Writer's pictureGaleri Investasi TSM

Banjir Sentimen Positif, Kenapa Harga Minyak Loyo?



Harga minyak mentah dunia hari ini (11/1/2019) kembali melemah.Hingga pukul 14:30 WIB, harga minyak Brent kontrak Maret 2019 turun 0,23% ke posisi US$ 61,54/barel setelah sebelumnya ditutup menguat 0,39% pada perdagangan kemarin.

Sedangkan minyak jenis lightsweet (WTI) kontak Februari 2019 melemah 0,11% ke posisi US$ 52,54, setelah ditutup menguat 0,44 % kemarin.Secara mingguan, harga minyak sudah naik sekitrar 8%, sedangkan performa tahunan emas hitam ini tercatat melemah sekitar 14%.


Bayang-bayang perlambatan ekonomi dunia diduga masih kuat menekan harga minyak, mengalahkan sentimen positif terhadap komoditas ini. Terlebih lagi rilis data indeks harga konsumen dan produsen China kemarin makin menunjukkan prlambatan ekonomi sudah di depan mata.

Biro Statistik China mencatatkan inflasi di tingkat produsen (PPI) pada Desember 2018 hanya sebesar 0,9% year-on-year (YoY), yang merupakan laju paling lambat sejak September 2019.

Ditambah lagi rilis data dari China Passenger Car Association yang mencatat penurunan penjualan mobil sebesar 5,8% di tahun 2018 dibandingkan tahun sebelumnya. Dimana penjualan mobil sepanjang 2018 hanya sebanyak 22,35 juta unit.

"Bila kita mengalami perlambatan ekonomi, harga minyak akan turun karena mereka berkorelasi positif," ujar Hue Frame, manajer portofolio Fame Funds di Sydney, mengutip Reuters.

Memang benar, seiring dengan perlambatan ekonomi, maka permintaan akan energi pun akan berkurang. Permintaan minyak sebagai salah satu sumber energi akan terkena dampaknya, yang menyebabkan harga turun.

Kebanyakan analis telah menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi di bawah 3% pada 2019. Bahkan beberapa mengkhawatirkan terjadinya resesi, ditengah perang dagang.

Memang benar, pertemuan antara Amerika-Serikat yang sudah selesai kemarin mebawa sentimen positif. Pasalnya kedua belah pihak menyatakan hasil dari perundingan tersebut dikatakan bagus, dan akan membawa keuntungan bagi keduanya.

Namun, pasar kemudian mulai menilai bahwa hasil dari perundingan tersebut terkesan normatif. Karena tidak ada kesepakatan konkrit yang dapat ditunjukkan ke publik. Walhasil, meskipun posifit, diprediksi hasil perundingan tidak akan terasa secara signifkan dalam waktu dekat.

Meskipun begitu, sentimen positif masih tetap membawa energi untuk harga minyak. Walaupun tidak bisa membawa performa positif hari ini, tapi cukup untuk sedikit meredam kekhawatiran pasar yang bisa membuat harga minyak kembali amblas.

Nilai ekspor minyak Iran pada Desember 2018 tercatat tidak melebihi 1 juta barel/hari, dimana biasanya mencapai 2,5 juta barel/hari (sebelum AS memberlakukan sanksiterhadap Iran), berdasarkan pelaku industri yang dikutip dari Reuters.

Masih dari sumber yang sama, diprediksi pada bulan Januari tahun ini pun nilai eskpor minyak Iran tidak akan melebini 1 juta barel/hari.

Selain itu pemotongan produksi minyak OPEC, yang pada Desember lalu sudah sukarela mengurangi 460.000 ribu barel/hari juga membuat optimisme keseimbangan pasokan-permintaan minyak akan terwujud tahun ini.

Diketahui pada awal Desember 2018, OPEC bersa,a Rusia bersepakat untuk memangkas pasokan minyak hingga sebesar 1,2 juta barel/hari mulai Januari 2019.

Bahkan setelah itu, masih di bulan yang sama, Arab Saudi mengatakan akan memperketat keran produksinya lebih jauh lagi apabila diperlukan.

Pasar menilai OPEC dan Rusia benar-benar akan patuh pada kesepakatan tersebut, setelah OPEC sudah lebih dulu memangkas produksinya pada Desmber 2018.

Langkah yang diambil OPEC bersama Rusia tersebut dilakukan untuk menghindari banjirnya pasokan akibat bertumbuhnya produksi minyak AS secara signifikan setelah eksplotasi minyak serpih dilakukan. Sejak awal 2018, produksi minyak AS terus meningkat. Hingga saat ini peningkatannya sudah lebih dari 2 juta barel/hari.

Konsultan JBC Energy minggu ini mekatakan bahwa produksi minyak AS sudah berada di atas 12 juta barel/hari pada Januari 2019. Sebagai informasi, rilis data dari Energy Information Administration (EIA) mencatatkan produksi minyak AS berada di level 11,7 juta barel/hari.

Tentu saja, berkurangnya pasokan minyak dari timur tengah, memberikan harapan harga minyak akan kembali menguat.


Sumber : cnbcindonesia.com

Comments


bottom of page