Guna merealisasikan target perusahaan untuk mengamankan pasokan batubara ke pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), PT PLN (Persero) berencana untuk mengakuisisi tambang batubara.
Diketahui dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), cucu usaha PT PLN (Persero) di sektor pertambangan batubara, yakni PT PLN Batubara Investasi (PLNBBI) akan mengakuisisi sebanyak 51% saham PT Banyan Koalindo Lestari (BKL), anak usaha PT Atlas Resources Tbk (ARII), emiten tambang batubara, yang memiliki izin usaha pertambangan batubara di Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan seluas hampir 11 ribu hektare.
Atlas akan memberikan fasilitas pendanaan kepada PLN Batubara untuk mengakuisisi BKL.
Dikonfirmasi terkait hal ini, Direktur Utama PLN Sofyan Basir menuturkan, PLN memang memiliki rencana tersebut, namun belum final.
"Mungkin baru tahun depan akuisisinya kami laksanakan, tahun ini kami berhitung dengan baik dulu," ujar Sofyan kepada media saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (11/1/2018).
Lebih lanjut, Sofyan mengakui, memang perusahaan sudah membidik calon-calon tambang batubara
"Kami sudah ada nih calon-calon, nah yang kami dalami ada dua yang sudah mau jadi," ujarnya.
Sebagai informasi, Sofyan memperkirakan kebutuhan batu bara PLN di 2022 mendatang mencapai 140 juta ton. Dari jumlah tersebut, 40% di antaranya direncanakan dipasok dari anak perusahaan PLN, yaitu PT PLN Batubara Investasi.
Saat ini, pasokan batubara untuk pembangkit listrik dari anak usaha PLN masih berada di bawah 10% dari total kebutuhan. Dengan ditingkatkannya pasokan batu bara dari anak usaha diharapkan tarif listrik bisa stabil.
"Sekarang belum ada 10%. Paling tahun ini menguasai 5%," pungkas Sofyan.
Direktur Pengadaan Strategis 2 PT PLN (Persero) Supangkat Iwan Santoso menambahkan, dengan ditambahnya dua tambang tersebut, paling tidak bisa memenuhi 20% kebutuhan batubara perusahaan.
"Kan bertahap. Maksimal 20%, butuh infrastruktur, dan lainnya. Tahun ini paling baru mungkin 5%, kira-kira 3 juta. PLN butuh pembangkit 60 juta ton, IPP itu 30 juta ton. Nah pemenuhannya bertahap butuh 2-3 tahun," kata Iwan.
Sumber : www.cnbcindonesia.com
Comments