Stance kebijakan moneter yang akan ditempuh Bank Indonesia (BI) tahun depan akan tetap mengedepankan stabilitas, khususnya stabilitas nilai tukar.
Sepanjang tahun ini, bank sentral sudah mengerek bunga acuan sebanyak 175 basis poin (bps) untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan menurunkan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).
Meski demikian, pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan bank sentral bukan berarti
tanpa konsekuensi. Kenaikan bunga acuan tentu akan membuat ekonomi melambat.
Lantas, apa kata Gubernur BI Perry Warjiyo mengenai hal tersebut?
"Jangan mengartikan kalau kita menaikkan bunga untuk menjaga stabilitas rupiah, terus
kemudian kita bisa menurunkan pertumbuhan ekonomi", kata Perry di sela-sela Pertemuan
Tahunan BI, Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Kenaikan bunga acuan, sambung Perry, memang diibaratkan sebagai jamu pahit. Namun, bank sentral mengakui sudah memiliki 4 jamu manis yang bisa mengkompensasi kepahitan yang dirasakan jamu pahit tersebut.
"Likuiditas kami kendorkan, makroprudensial kami kendorkan, pendalaman pasar keuangan
kami akselerasi, dan untuk ekonomi digital dan UMKM kami dorong", katanya.
"Jadi ada satu jamu pahit, dan 4 jamu manis untuk mendorong pertumbuhan", kata bekas Deputi Gubernur BI itu.
Pada tahun ini, bank sentral memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di
rentang 5% - 5,4% ditopang dari permintaan domestik yang diproyeksikan tetap kuat.
Sumber : www.cnbcindonesia.com
Comments