Perlambatan ekonomi China membawa dampak positif pada penguatan harga batubara.
Meski analis menilai penguatan harga si emas hitam tersebut masih terbatas.
Menguti Bloomberg, Kamis (17/1) pukul 16.39 WIB, harga batubara di bursa ICE Newscastle untuk kontrak teraktif Juli 2019, menyentuh level US$ 98,25 per metrik ton atau naik 2,71% dari harga sebelumnya US$ 95.65 per metrik ton. Sementara dalam sepekan, harga batubara menguat 4,41%.
Analis Asia Tradepoint Futures, Deddy Yusuf Siregar mengatakan, selama harga batubara menyentuh area US$ 90 per metrik ton, ada kecenderungan harga masuk tren bullish.
Kendati demikian, Deddy melihat pergerakan harga batubara sendiri disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama yaitu perundingan perang dagang Amerika Serikat dan China yang masih belum mendapat jawaban pasti. Kedua yakni perhatian pasar saat keputusan voting Brexit yang akhirnya ditolak oleh Parlemen Uni Eropa.
Ketiga adalah ancaman penutupan Pemerintahan Amerika Serikat (shutdown) yang dilakukan Presiden Trump. Hal ini karena anggaran pembangunan tembok Meksiko-AS ditolak oleh Partai Demokrat.
“Ditengah kondisi politik di berbagai negara, yang paling mempengaruhi harga batubara adalah kondisi pelambatan ekonomi China," ujar Deddy kepada Kontan.co.id, Kamis (17/1).
Dengan adanya suntikan stimulus dan rencana pemangkasan pajak oleh Pemerintah China, membuat harga batubara turut menguat. Hanya saja, pelaku pasar masih menanti kebijakan-kebijakan yang dilakukan untuk menghiraukan pelambatan ekonomi Tiongkok yang beredar.
Disamping itu, harga batubara naik karena pengetatan sanksi untuk mengurangi tingkat produksi batubara di Shanxi. “Hari ini Shanxi sebagai provinsi penghasil batubara terbesar di China akan mengurangi tingkat produksi karena kecelakaan tambang batubara terjadi,” ungkapnya.
Ia pun menilai bahwa Indonesia sebagai negara eksportir terbesar pun mulai mengurangi produksi batubara tahun ini. Deddy bilang, pengurangan produksi batubara diperkirakan 9% dari tahun sebelumnya atau sekitar 480 juta ton. Kebijakan tersebut pun menjadi katalis positif bagi harga batubara.
Dengan adanya suntikan stimulus dan rencana pemangkasan pajak oleh Pemerintah China, membuat harga batubara turut menguat. Hanya saja, pelaku pasar masih menanti kebijakan-kebijakan yang dilakukan untuk menghiraukan pelambatan ekonomi Tiongkok yang beredar.
Disamping itu, harga batubara naik karena pengetatan sanksi untuk mengurangi tingkat produksi batubara di Shanxi. “Hari ini Shanxi sebagai provinsi penghasil batubara terbesar di China akan mengurangi tingkat produksi karena kecelakaan tambang batubara terjadi,” ungkapnya.
Ia pun menilai bahwa Indonesia sebagai negara eksportir terbesar pun mulai mengurangi produksi batubara tahun ini. Deddy bilang, pengurangan produksi batubara diperkirakan 9% dari tahun sebelumnya atau sekitar 480 juta ton. Kebijakan tersebut pun menjadi katalis positif bagi harga batubara.
Sumber : www.kontan.co.id
Comments