PT Waskita Karya Tbk memang mencatatkan kinerja keuangan positif sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini. Tapi, capaian nilai kontrak baru yang rendah berpotensi mendatangkan problem bagi emiten berkode WSKT itu di masa depan.
Hingga kuartal III-2018, WSKT meraih kontrak baru senilai Rp 11,7 triliun, turun 74% year on
year (yoy). Capaian ini masih jauh dari target kontrak baru yang ditargetkan WSKT di tahun ini, yakni sebesar Rp 50 triliun.
Analis MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan menilai, selama ini mayoritas kontrak yang
diperoleh WSKT dari proyek strategi nasional dan bersifat turnkey. Seiring berjalannya waktu, beberapa proyek yang dikerjakan emiten plat merah ini mengalami penundaan pembayaran.
Salah satunya adalah proyek tol Batang-Semarang dan Semarang-Solo. Pembayaran proyek
tersebut tertunda hingga kuartal II-2019. Padahal, dua proyek jalan tol itu seharusnya selesai
kuartal IV tahun ini. Alhasil, WSKT terpaksa menambah pendanaan.
Akibatnya, debt to equity ratio (DER) emiten ini meningkat menjadi 2,3 kali di kuartal III-2018.
WSKT pun kesulitan mengambil proyek yang memerlukan modal besar, sehingga
mempengaruhi nilai kontrak baru.
Kecelakaan proyek
Analis IndoPremier Sekuritas, Joey Faustian menambahkan, penurunan nilai kontrak baru
WSKT juga disebabkan tertundanya beberapa tender proyek. Selain itu, sejumlah kecelakaan kerja di proyek-proyek infrastruktur beberapa bulan lalu memberi efek tidak langsung terhadap penurunan nilai kontrak WSKT. "Akibat insiden di masa lalu, sejumlah pemilik proyek cenderung ragu memberikan proyeknya kepada WSKT," ujar Joey, Kamis (22/11).
Untungnya, total kontrak yang dimiliki WSKT secara keseluruhan, alias order book, tergolong
besar, yakni Rp 102 triliun per kuartal III-2018. Hal inilah yang mampu membuat kinerja WSKT
tetap terjaga.
Hingga kuartal III-2018, pendapatan WSKT tumbuh 27% menjadi Rp 36,23 triliun. Sedangkan
laba bersihnya naik 45% jadi Rp 3,72 triliun.
Rudy menilai, cukup sulit bagi WSKT memenuhi target kontrak baru di tahun ini sebesar Rp 50 triliun. Terlebih, pemerintah saat ini mulai menunda beberapa proyek infrastruktur strategis.
Analis menilai idealnya WSKT fokus mengerjakan proyek yang telah diperoleh sebelumnya.
"Emiten ini juga perlu memperbaiki arus kas yang dimilikinya," kata Rudy.
Para analis menilai, tahun politik juga bisa membuat kinerja emiten sektor konstruksi melambat karena alasan politis. Rudy menyebut, untuk mengantisipasi potensi perlambatan tersebut, WSKT bisa melakukan diversifikasi bisnis melalui anak usahanya.
Meski begitu, Rudy masih merekomendasikan beli saham WSKT dengan target harga Rp 2.110 per saham. Joey juga menyarankan beli WSKT dengan target harga Rp 2.300, mengindikasikan price earning rasio (PER) ada di 7,1 kali.
Joey memprediksi kinerja WSKT masih positif. Pendapatan WSKT di akhir tahun ini bisa
mencapai Rp 55,86 triliun. Sementara laba bersih perusahaan ini diperkirakan mencapai Rp 4,40 triliun.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Akhmad Nurcahyadi juga menyarankan beli dengan target harga Rp 1.790 per saham. Kemarin, harga WSKT naik 2,83% di Rp 1.635.
Sumber : www.kontan.co.id
Comments