Di tengah kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini sebesar 3,95% atau 230,48 poin ke 6.057.35, saham-saham ini justru tertekan.
Saham-saham ini masuk dalam jajaran paling boncos (top losers). Satu di antaranya karena efek berlarutnya perang dagang antara AS-China.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) selama sepekan, saham PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT) menjadi saham dengan koreksi harga terbesar, yakni mencapai 47,6% bersama sembilan saham lain yang masuk di jajaran papan pengembangan.
Saham PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) dan PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) juga menyusul dengan pelemahan masing-masing sebesar 34,4% dan 26,9%.
Selanjutnya, saham PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) yang melemah 24,3%.
Koreksi saham MKNT terjadi di tengah memburuknya kinerja perseroan menyusul kontribusi penjualan anak usahanya yang anjlok dari Rp 1,5 triliun pada tahun 2017 menjadi hanya 10% dari angka itu, atau setara Rp 150 miliar.
Bahkan, anak usahanya tersebut dijual pada tahun lalu dan hanya meraup dana Rp 27,45 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk menambah modal kerja perusahaan khususnya untuk tiap anak usahanya. Menyusul kinerja buruk tersebut, perseroan baru-baru ini mengesahkan perubahan jajaran direksi dan komisaris.
Sementara itu, saham perusahaan taksi Express (TAXI) terjerembab setelah pembukaan suspensi perdagangannya. Koreksi bahkan sempat mencapai 34% pada Jumat kemarin ke level Rp 59 per saham, dan bertahan sampai dengan penutupan.
Perdagangan saham TAXI sebelumnya dihentikan oleh BEI karena gagal (default) memenuhi kewajibannya membayarkan kupon obligasi. Perusahaan sudah menunggak pembayaran kupon selama beberapa kali dengan alasan permasalahan likuiditas.
Di sisi lain, saham emiten komponen otomotif Indo Kordsa mengalami koreksi di tengah berlarutnya perang dagang antara AS dan China yang dikhawatirkan memukul kinerja emiten berkode saham BRAM tersebut.
Dalam paparan publik pekan lalu, perseroan mengakui bahwa perang dagang mengakibatkan ketidakstabilan di pasar, dengan naiknya harga bahan baku dari China dan ancaman kompetisi karena China bisa menyerang pasar Asia.
Sejauh ini, Indo Kordsa menjual antara 50-55% dari produknya untuk pasar ekspor meliputi Thailand, Korea, Jepang, Brazil, Turki, Taiwan, Vietnam, dan bahkan China.
Sumber : www.cnbcindonesia.com
Comments